Ahlul Bid’ah

Tentu saja kami tak peduli dengan vonis “ahlul bid’ah” yang disematkan oleh sebagian kalangan terhadap kami para pengamal puasa Rojab dan amalan-amalan “bid’ah” lainnnya. Diskusi tentang qunut, teraweh 23 rokaat, maulid, ziarah kubur, tahlilan, dan semacamnya adalah diskusi yang seharusnya sudah kita lewati. Ibarat dalam tingkatan kelas, perdebatan tentang tema-tema diatas adalah perdebatan untuk anak kelas satu SD yang baru masuk sekolah. Orang yang gemar memperdebatkan hal-hal tersebut biasanya levelnya masih pion. Belajar agamanya baru setahun dua tahun. Atau kalaupun ternyata belajar agamanya sudah lama biasanya mereka termasuk ke dalam golongan orang yang memiliki kemampuan memahami yang terlat/lemah.

Nah, untuk orang-orang sedewasa kita semestinya yang kita kedepankan adalah bagaimana berhubungan baik, bukan hanya dengan sesama muslim, melainkan dengan non-muslim pun.

Jangan buang waktu kita untuk memperdebatkan hal yang berkaitan dengan keyakinan. Itu murni urusan masing-masing orang dengan Tuhan. Lebih baik mari gunakan waktu kita untuk bercengkrama dengan keluarga. Oh, kok mendadak aku jadi kangen istri dan anakku di kampung ya. Sedang apa mereka gerangan?